Featured Post 6

Minggu, 16 Desember 2012

“Saya MN, Umur 14 Tahun, Pelajar SMP dan P***”


Akhir-akhir ini gue sering pulang malem. Padahal biasanya pulang T.A.N.G.O, sekitaran jam 4 lewat. Tapi udah  hampir 1 minggu ini pulang di atas jam 7 malam. Just info aja, ibuku (baca:atasanku) mau conference ke Birmingham, so sudah jdi tugas gue nyiapin dokumen kelengkapan Visa UK, hotel, tiket, dan paling penting anggaran. Mulai menikmati dunia Sekretaris.Malam kemarin suasana kampus FEUI udah lumayan lengang, dari keluar gedung pasca sampai halte Bikun (Baca: Bis Kuning) hanya beberapa orang ajah yang terlihat seliweran, mungkin Mahasiswa Ekstensi/kelas malam.

Sambil duduk manis menunggu bis kampus lewat, aku terus berpikir mau nulis apa kira2 malam ini. Hampir 4 bulan, selalu menyalahkan keterbatasan sarana menuangkan pikiran. Selalu mengharapkan ada orang yang bisa merecharge setiap saat ketika batere imajinasi mulai soak. Padahal ada seseorang yang mengatakan demikian “jangan selalu mengharapkan seseorang yang selalu bisa memberimu semangat, padahal belum tentu dia selalu ada untukmu, buatlah visualisasi impian misalnya dengan menempel representative impianmu di kamar/menyelipkannya di dompet dan dibawa kemanapun kamu pergi agar tidak ada yang bisa mengambilnya dari kamu”.

Dari situ, dan ketika perjalanan menuju Kos, aku terus berpikir mau nulis apa malam ini. Sepanjang jalan ngeliat kesana kemari mencari ide.

100 meter sebelum ke kosanku, aku mampir di kantin langgananku, kadang sekedar beli jus. Saat itu aku berpikir sudah tidak akan mendapatkan ide. Namun Allah berkata lain.

Aku ngobrol-ngobrol santai ama temenku yang ngekos di tempat yang sama dengan kantin itu sambil tak berhenti melakukan aktifitas ‘mengunyah’.

Obrolan yang ringan awalnya. Temenku itu cerita soal anak SMP yang dia jumpai di angkot ketika pulang kerja. Menurut temenku sih masih SMP, kalau dilihat dari seragam dan Emblem identitas sekolah yang menempel.

penampilannya sih biasa ajah, tpi tentengannya EGO (Baca: E90, salah satu varian HP Nokia), gw aja yang udah kerja gak segitunya, lha ini anak SMP, yang bikin gw nyesek lgi, hbs smsan tu anak ngeluarin IPhone, tapi pas gw liat penampilannya biasa aja, tas ranselnya biasa, sepatu cuma Warior. Gw jadi curiga?!”

Itu sepenggal cerita temenku, dari situlah perbincangan jadi kemana-mana. Dari analisa temenku, style anak itu ‘nanggung’. Dibilang borju koq yaa naik angkot, biasanya sih anak-anak yang tergolong tajir mampus itu harusnya pulang pergi sekolah dianter ortu/sopir, trus penampilan juga TOTAL, dari ujung kaki sampai ujung rambut gak mau produk cibaduyut/bandung. Temenku jadi curiga, dan menkaitkan hal ini dengan artikel yang pernah dia baca di Kompas. Dipicu selentingan dari aku yang menjudge ‘anak gedongan’ biasanya pake kawat gigi alias behel yang sekarang ini seperti sudah menjadi trend, tidak karena alasan kesehatan semata.

Dalam artikel yang dibaca temenku, ada fenomena geng ABG, biasanya remaja cewek SMP/SMA di kota-kota besar yang mohon maaf ‘menjajakan’ diri ke ‘Om-om Senang’. Di salah satu stasiun tivi swasta juga pernah dibahas. Kebanyakan motifnya sama, keterbatasan financial dan lifestyle. Sederhana aja, pengen punya HP yang lebih dari temennya, tapi uang saku tipis. Saking kreatifnya imajinasi anak remaja, ya jadi kebablasan.

Dalam kelompok tersebut biasanya ada yang jadi makelar/germo. Sasarannya teman dekat/tetangga rumah. Temenku lupa dimana tepatnya daerah itu, tapi yang pasti di artikel tersebut disebutkan, bahwasanya ada 4 orang siswi SMP, satu sekolah, satu daerah tempat tinggal, satu ‘profesi’. Kasus ini akhirnya terungkap karena orang tua mencurigai keempat anak tersebut yang berlatar belakang dari keluarga kurang mampu tapi kok ya pada pake kawat gigi. Padahal menggunakan aksesoris gigi ini kan dari konsultasi dokternya saja sudah ratusan ribu. Pada awalnya masing-masing anak mengaku dibayarin temannya yang luamayan berada, tapi moso sih segitunya??

Selidik punya selidik ternyata keempat siswi tersebut kompak mengakui identitas diri:

“Saya, MN, umur 14 tahun, Pelajar SMP dan P***”

Hufth….dengernya miris banget!

Aku jadi bertanya sendiri “gue jaman SMP SMA kemana aja yak, guenya yang gak gaul kali yak, perasaan umur segitu gue masih main kasti, petak umpet, layangan, urek-urek (baca: nyari belut di sawah), mincing, masak-masakan, bukannya main sama biiiip*** he3

Akupun jadi ingat, cerita temenku. Lagi-lagi di angkot. Jadi mikir, banyak banget ya kisah bermula dari angkot, sarana transportasi umum itu kaya tempat curcol (baca: curhat colongan) hehehe…

Tepatnya di Serang, temenku dibuat menangis selepas turun dari angkot. Bukan karena kecopetan trus dimarahin abang sopirnya gara-gak bayar. Melainkan miris ngedenger anak SMP cerita soal pergaulan mereka dengan lawan jenis.

Temenku sampai heran. Umur masih belasan, seragam masih putih biru, tapi dengan leluasanya cerita apa saja yang sudah diperbuat selama menjalani in a relationship. Kata temenku, di angkot itu Cuma ada beberapa penumpang, tapi boo…di angkot gitu loh, ngomong kaya pake toa, mending mah ngomongin prestasi, ini mah hubungan intim. Temenku sampai ngelus dada.

OK, mungkin angkot itu transportasi umum, jadi hak setiap orang untuk ngomongin apapun?!

Karena mereka masih SMP, jadi harap dimaklumi?! Ok, toh mereka juga Cuma cerita gimana mereka ML (baca: Making Love) atau bercumbu dengan si wanitanya topless. What the hell?!

Dan you know what?! Mereka cerita in detail, well sex education maybe….

Dan yang lebih mengherankannya lagi, ketika temenku negur “dek, apa gak malu cerita gituan di angkot?”

Coba tebak apa jawaban yang keluar dari molod  mereka???

“Biasa aja kali mbak, orang kita aja nyantai…”

DAMN!!!!

Yang udah merit aja tabu menceritakan hubungan suami istri, lha ini?!

Hadooh jadi pengen nyanyi lagunya ARMADA:

“mau dibawa kemana nasib anak cucu kita….

Jika mereka terus bersenggama, bersama pacar atau Om-omnya….”
Moga_moga ajah anak-anak ini berubah,,


THE END
   
By : Maharani

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More